Monday, November 27, 2006

Last December

Desember, adalah bulan perayaan kelahiran Sang Juruslamat oleh seluruh umat di dunia.
Bulan ini juga, bulan perayaan hari ibu di tanah air.

Aku jadi teringat:
Tahun lalu nenek sakit keras. Sebenarnya dia sudah cukup lama menderita sakit tumor. Dokter pun sudah lepas tangan mengingat usia nenek 87 tahun.
Jadi kami hanya bisa berserah kepada Tuhan.
Tumor yang diderita nenek sangat menyiksanya. Kami tidak tahan melihat keadaan nenek. Kami hanya bisa berdoa kepada Tuhan.
Sebenarnya nenek sudah tidak mau hidup lagi karena tidak tahan dengan rasa sakit yang diderita.
Nenekku cukup aktif di gereja, ia disayangi jemaat.
Bahkan ia sudah siap untuk pulang ke Rumah Bapa.
Nenek juga sudah memperbaiki hubungan dengan sesama. Dia bahkan sudah melepaskan pengampuan kepada anak-anak cucunya.

Suatu hari, Tuhan mengingatkan aku untuk mengampuni nenek karena masih menyimpan rasa kecewa thd nenekku 11 tahun yang lalu. Sebenarnya, Aku lupa peristiwa 11 tahun lalu itu dan bahkan tidak mengingatnya lagi. Tapi ada satu hal yang kulupa: aku tidak mengampuni nenekku.
Saat Tuhan menegurku, hari itu aku mohon ampun pada Tuhan dan hari itu juga aku melepaskan pengampunan buat nenek dan membereskan segalanya.

Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu. Tepat di hari ibu, aku mengantar jenazah nenek ke pemakaman. Melihat wajah nenek seperti sedang tidur dan di wajahnya terpancar kedamaian membuatku tidak begitu sedih akan kepergian nenek. Karena aku yakin nenek berada di Rumah Bapa di Surga. ID


“Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”( Yohanes 20: 23)

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Friday, November 3, 2006

Peristiwa

November 2, 2006 by misshwa | Edit

Hari itu hujan deras disertai angin kencang. Aku dan teman sekerjaku baru bisa pulang dari kantor setelah hujan reda. Kami berdua pulang dengan kendaraan bermotor roda dua dan aku duduk diposisi belakang temanku.

Di pertengahan jalan, tiba-tiba hujan turun. Dan kami tidak membawa jas hujan, dan merasa butuh untuk berteduh. Setelah melewati halte bis, temanku tiba-tiba menghentikan motornya dua meter dari halte bis. Waktu itu kupikir ia ingin berteduh di halte bis. “Oh, mau berteduh disini ya?” Tanyaku. Aku pun turun dari motor. Setelah aku turun, tiba-tiba temanku menarik gas dan pergi. Aku berteriak memanggil temanku tapi temanku tidak mendengarnya karena hujan bertambah deras disertai angin kencang.

Dia tidak sadar bahwa aku tidak berada dibelakangnya lagi. ID