(disampaikan di ibadah menjelang pemakamanan almarhum, di gereja GPDI jemaat Efrata Dumai)
Kami dari keluarga Pak Sam, mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari sekalian yang sudah menyempatkan diri hadir di sini. Tidak lupa kami berterima kasih kepada Bapak dan Ibu Gembala beserta keluarganya juga kepada seluruh jemaat GPDI Efrata bahkan semua pihak yang terlibat dalam proses persiapan pemakaman almarhum papa terkasih.
Almarhum papa kami adalah seorang suami dan ayah yang sangat bertanggung jawab, jujur, ulet, gigih, setia bahkan humoris. Papa telah membesarkan dan mendidik kami dengan kasih dan bijaksana dan mengantarkan kami sampai tingkat pendidikan sesuai keinganan kami anak-anaknya. Papa tidak pernah mengekang kami dan tidak pernah memaksakan kehendaknnya. Papa selalu memberi kami anak-anaknya tuntunan dan nasehat dan memberi kebebasan untuk memilih baik dalam memilih iman kepercayaan, studi, pekerjaan, dan sebagainya.
Papa kami yang dipanggil dengan nama Po Khoei, nama lahir barunya SAMUEL, lahir di Belitung, Tanjung Pandan 28 Februari 1942, anak ketiga dari tujuh bersaudara. Papa memberi dirinya dibaptis ketika masih remaja di usia 17 tahun. Kisah perjalanan imannya di mulai ketika berusia 10 tahun saat bekerja di sebuah took dimana pemilik toko adalah pengikut Kristus. Karena merasa jenuh di toko, dengan iseng membaca alkitab milik atasannya. Dia tertarik dengan sejarah di Alkitab. Karena memang papa kami sangat menyukai pelajaran sejarah ketika masih duduk dibangku sekolah bahkan sempat menjadi asisten guru di kelasnya. Karena buku Alkitab itu sangat tebal, dia berpikir lebih baik dia pergi ke gereja untuk mendengar kisah-kisah di Alkitab. Dia juga mengajak adik-adiknya ke gereja. Saat itu ada KKR di lapangan terbuka, papa membawa ibunya (yang adalah nenek/apho kami) yang waktu itu sedang sakit keras, dengan sepeda. Di ibadah KKR tersebut apho mengalami mujizat kesembuhan. Sejak saat itu papa sangat yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat sehingga papa memberi dirinya dibaptis.
Ketika masih muda, masih single, papa kami sangat popular di antara teman-temannya. Bisa bernyanyi dan mahir main alat musik seperti seruling, harmonika sampai teman-teman perempuannya naksir padanya tapi papa kami jodohnya sama mama kami. Boleh dibilang “love at the first sight”. Selanjutnya papa kami mulai dagang kecil-kecilan. Yang akhirnya sampailah ke kota Dumai. Jaman itu, dari Tanjung Pinang ke Dumai itu membutuhkan perjalanan yang berhari-hari karena hanya dengan kapal yang sederhana teknologinya. Kemudian dia berallih pekerjaan sesuai kebutuhan kota Dumai.
Papa suka menolong orang, tetangga, teman-teman dan lain-lain jika mampu. Di GPDI Efrata juga papa kami terlibat dalam pembangunan gereja ini.
Papa tipe orang yang setia dan komit, dia katakan bahwa Firman Tuhan jangan hanya dibacakan saja tapi juga harus dilakukan dalam bentuk perbuatan/tindakan.
Papa suka mendengar sejarah, khususnya sejarah tionghoa dan china. Walaupun dia sangat bangga dengan budaya tionghoa, dia tidak pernah membeda-bedakan orang sehingga papa bisa bergaul dengan siapa saja. Papa selalu bilang dia telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini yaitu telah membesarkan anak-anaknya dengan baik dan menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan sesuai keinginan anak-anaknya.
Papa sangat energik, penuh semangat dan kuat. Ketika pensiun, dia masih produktif, papa tipe orang yang tidak bisa diam. Beliau melakukan beberapa aktifitas seperti berkebun, membersihkan halaman rumah dan jogging.
Ketika papa sakit, dia tidak mengeluh, supaya istri dan anak-anaknya tidak khawatir bahkan papa tidak ingin kakak adiknya dan keluarga besar khawatir dan menjadi repot karena kondisinya yang sakit.
Papa selalu berkata bahwa dia baik-baik saja jikalau ada yang bertanya kabarnya dan berusaha menunjukkan bahwa dia sehat-sehat saja.
Demikian riwayat singkat hidup papa.
Ada satu ayat yang menarik dalam 2 Tim 4:7 yang berkata:
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”.
Ya papa kami telah mengakhiri pertandingan yang baik, papa kami telah mencapai garis akhir dan papa kami telah memelihara iman.
Sekarang kami ingin menyanyikan lagu favorit papa kami yang berjudul “Khan gua e chiu” (Hold my hand).
Penanaman pohon sebagai simbol permulaan proyek pembangunan gedung Gereja GPDI Efrata.
Foto di ibadah pelepasan jenazah di Gedung Gereja GPDI Efrata.
(Almarhum dipanggil pulang ke Rumah Bapa di Sorga pada 2 Nov 2017).
God really love our beloved father
ReplyDelete